Langsung ke konten utama

Saatnya Wanita Tinggal di Rumah

Saatnya Wanita Tinggal di Rumah
Saatnya Wanita Tinggal di Rumah

Ketika kami dalam sebuah perjalanan, mata kami tertuju pada sebuah baliho yang besar dengan sebuah pesan yang aneh. Di baliho tersebut terpampang gambar seorang wanita yang tersenyum manis berslogan “saatnya wanita memimpin!!”. Hal ini membuat hati kami  merasa aneh dan khawatir. Sebab slogan ini mendorong para wanita untuk keluar dari rumahnya dan berikut bekerja, bahkan menjadi pemimpin!!! Ini akan mengantarkan kita kepada suatu kerugian dan menghilangkan keberuntungan dunia-akhirat!!!!

Nabi -Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam- bersabda saat mendengar berita bahwa bangsa Persia mengangkat pemimpin dari kalangan wanita,

لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ امْرَأَةً

“Tidak beruntung suatu kaum (bangsa) manakala menyerahkan urusan (kepemimpinan)nya kepada seorang wanita” [HR. Al-Bukhari dalam Shohih-nya (4425)]

Pembaca yang budiman, jika membaca hadits di atas, maka seolah-olah Islam  mengungkung hak wanita sebagaimana yang sering diteriakkan oleh para pejuang emansipasi!! Padahal Islam pada hakikatnya tidak pernah membelenggu kebebasan kaum wanita. Bahkan Islam telah memberikan hak-hak yang tidak diberikan oleh agama manapun. Perlu diketahui bahwa Islam sebenarnya telah memberikan kebebasan bagi wanita, bahkan manusia seluruhnya. Namun kebebasan tersebut tentunya diatur oleh syariat. Jadi, di dalam Islam tak ada kebebasan mutlak, tanpa aturan. Sebab, kebebasan mutlak tanpa aturan hanyalah berlaku dalam dunia hewan. Lantaran itu, tak boleh bagi kita meneriakkan slogan kebebasan hak asasi manusia, lalu kita menginginkan dengannya kebebasan mutlak, tanpa diikat oleh syariat. Kebebasan semacam ini hanya ada dalam dunia hewan yang tak berakal!!!

Islam memandang -baik laki-laki, maupun wanita- mempunyai kelebihan masing-masing, yang keduanya saling melengkapi. Lelaki diberi kekuatan pikiran, dan wanita diberi kepekaan rasa. Lelaki cenderung mempunyai kekuatan fisik yang lebih dibanding wanita, sedangkan wanita cenderung mempunyai kekuatan magnetis tubuh (aurat) yang lebih daripada lelaki. Kekuatan inilah yang biasa menjatuhkan kaum pria. Tapi dengan adanya kelebihan masing-masing, jangan dipahami bahwa keduanya sama derajat dan posisinya. Tentu jenis pria lebih utama atas jenis wanita secara umum.

Para pembaca yang budiman, fitnah (godaan) yang paling besar bagi manusia adalah wanita.  Allah -Azza wa Jalla- berfirman,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْث

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang”. (Q.S. Ali Imraan : 14).

Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam- telah memperingatkan kita tentang fitnah wanita ini dalam sabdanya,

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

“Waspadalah terhadap dunia, dan waspadalah terhadap wanita, sebab awal fitnah (masalah) di kalangan Bani Isra’il adalah pada wanita”. [HR. Muslim (no.6883)]

Oleh karenanya, Allah memerintahkan para wanirta untuk tinggal di rumah demi menjaga harkat dan kesucian diri mereka. Allah -Subhana wa Ta’ala- berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى [الأحزاب/33]

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu”. (QS. Al-Ahzab : 33)

Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thobariy -rahimahullah- berkata, “Dikatakan (oleh sebagian ulama), “Sesungguhnya berhias (bersolek) disini adalah wanita menampakkan perhiasannya dan memperlihatkan keelokan tubuhnya kepada kaum lelaki”. [Lihat Jami’ul Bayan (20/260) karya Al-Imam Ath-Thobariy]

Para wanita mukminah diperintahkan agar tetap di rumah; Wanita keluar rumah bila ada keperluan yang dibenarkan oleh syara’. Demikianlah demi menjaga kesucian dan kehormatan seorang wanita, bukan sebagai kungkungan dan pemenjaraan sebagaimana yang digambarkan dan disebarkan oleh propagandis emansipasi wanita di zaman ini. Wanita-wanita mukminah harus bersabar dalam melazimi rumahnya demi memelihara kesucian, dan sifat malunya. Mereka pun jika keluar karena ada hajat mendesak, maka mereka keluar dengan adab dan akhlaq Islam, yakni tetap menggunakan hijab dan jilbab syar’iy yang menutupi seluruh tubuhnya. Jilbab ini sifatnya longgar (tidak ketat), dan tebal (tidak transrapan atau tipis), tidak mengundang perhatian kaum lelaki, dan tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir atau kaum laki-laki.

Inilah tips yang harus dilakukan oleh para wanita muslimah untuk membentengi dirinya dari serangan dan permainan orang-orang kafir atau orang jahat. Seorang wanita harus memakai jilbab seperti ini. Jika tidak, maka ia akan tergolong wanita yang ber-tabarruj (bersolek) ala jahiliah.

Perhatian: Sebagian wanita-wanita muslimah hari ini banyak memakai jilbab. Hanya disayangkan bahwa mereka tidak memakai jilbab syar’iy. Kebanyakan mereka memakai jilbab moderen yang pendek, lalu dipasangkan dengan pakaian ketat dan celana ketat. Ini bukanlah jilbab syar’iy yang dianjurkan oleh agama, bahkan cara berpakaian seperti itu tercela. Inilah yang diistilahkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dengan “berpakaian, tapi telanjang”. JILBAB SYAR’IY ialah sejenis jilbab besar lagi panjang dan lapang, menutup kepala, muka dan dada hingga terseret ke tanah. Lalu di bawahnya ada jilbab kecil, dan pakaian gamis panjang hingga menutupi kaki. Inilah jilbab syar’iy yang ditinggalkan oleh para wanita muslimah, kecuali yang dirahmati Allah. Memang asing, tapi itulah yang syar’iy!!

Pembaca yang budiman, demikianlah agama Allah, datang untuk mengatur semua urusan manusia, membimbing para pemeluknya untuk mendapatkan maslahat dan menjaga mereka dari sesuatu yang akan menjerumuskannya kepada kerusakan. Karenanya, kita mendapati Allah memperingatkan kita dari ajakan-ajakan syaitan. Allah –Tabaroka wa Ta’ala- berfirman,

يَا بَنِي آَدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآَتِهِمَا [الأعراف/27]

“Wahai bani Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya”. (Q.S. Al A’raaf: 27)

Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam- telah memperingatkan kita tentang besarnya fitnah jika wanita keluar dari rumahnya, sebagaimana Rasulullah mengisyaratkan dengan sabdanya,

إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِي نَفْسِهِ

“Sesungguhnya wanita menghadap dalam bentuk syaitan, dan membelakangi dalam bentuk syaitan”. [HR. Muslim dalam Kitab An-Nikah (no. 1403)]

Al-Imam Yahya bin Syarof An-Nawawiy -rahimahullah- berkata, “Para ulama berkata, “Maknanya adalah adanya isyarat kepada hawa nafsu dan ajakan kepada ketergodaan dengan wanita, karena sesuatu yang Allah jadikan dalam jiwa kaum lelaki berupa adanya kecondongan kepada kaum wanita dan perasaan senang untuk melihatnya dan sesuatu yang berkaitan dengan wanita. Jadi, wanita serupa dengan setan dalam hal ajakan setan kepada keburukan dengan bisikan dan penghias-hiasan terhadap keburukan. Disarikan dari hadits ini bahwa sepantasnya wanita tak keluar di antara kaum lelaki, kecuali karena darurat dan bahwa selayaknya kaum lelaki menundukkan pandangan dari melihat pakaian wanita serta berpaling dari memandangnya secara mutlak”. [Lihat Al-Minhaj (9/178) karya An-Nawawiy]

Para wanita menyerupai syaitan karena ia sebagai penyebab timbulnya fitnah bagi laki-laki seperti pernyataan Rasulullah diatas. Oleh karena itu, hendaklah para wanita bertaqwa kepada Allah dengan menjaga dirinya dan menjaga kaum lelaki dari fitnah yang ditimbulkan karenanya.

Fakta di lapangan telah membuktikan bahwa keluarnya para wanita untuk menyaingi kaum lelaki dalam pekerjaan, banyak menimbulkan problema dan kemelut dalam negara. Sebab kebanyakan wanita tidak mengindahkan batasan syariat saat ia bekerja, seperti mereka ikhtilath (campur baur) dengan kaum lelaki, menggunakan pakaian seksi atau ketat atau tidak memenuhi aturan syariat, menggunakan parfum yang menggoda lelaki, berduaan dengan lawan jenis, berboncengan dengan lawan jenis, berpacaran, pandang-memandang dengan lawan jenis yang bukan mahram, melembut-lembutkan suara di hadapan lelaki dan masih banyak lagi pelanggaran yang wanita lakukan saat mereka keluar bekerja. Semua ini akan menimbulkan problema bagi kaum Adam (pria), sebab pria sudah menjadi kodratnya, bila melihat perempuan yang menggoda seperti ini, pasti ia akan terpesona dan terpengaruh, bahkan tergelincir. Dari sinilah lahir berbagai macam peristiwa yang mengenaskan lagi menyedihkan, akibat keluarnya wanita menyaingi pria dalam berbagai lini pekerjaan. Tak heran bila anda biasa mendengar berita ada wanita dimesumi teman kerjanya, lelaki berselingkuh dengan wanita, perempuan dibawa lari oleh bosnya, wanita hamil di luar nikah, banyaknya terjadi prostitusi dan aborsi, maraknya pacaran yang berakhir dengan musibah, anak lahir tanpa bapak, kumpul kebo bertahun-tahun tanpa nikah, wanita dipermainkan kaum lelaki atau diperjualbelikan, dan masih banyak lagi fakta hitam bagi wanita. Semua ini terjadi karena bebasnya para wanita keluar dari istananya untuk mencari pekerjaan, tanpa memperhatikan pekerjaaannya dari sudut pandang syariat, ditambah lagi penampilan yang tak senonoh yang melanggar syariat. Duhai kaum wanita, kalian telah menjadi korban propagandis emansipasi yang menginginkan kehinaan dirimu!!

Selain itu, dengan keluarnya para wanita yang menggeser posisi kaum pria, menyebabkan terjadinya pengangguran, kriminal berupa perampokan, pencurian, pembunuhan, dan lainnya. Hal itu juga menyebabkan banyaknya wanita hidup melajang, menjanda, terlantar, anak-anak hidup terabaikan oleh ayahnya, kaum lelaki membujang sehingga terkadang jatuh dalam zina. Semua itu akibat para lelaki menganggur tanpa pekerjaan. Kenapa menganggur??! Salah satu sebabnya adalah wanita banyak yang menangani pekerjaan yang sejatinya ditangani oleh kaum pria.

Wanita saat keluar karena ada hajat yang dibenarkan oleh agama, hendaknya tidak bersolek. Inilah aturan syariat demi menjaga harkat wanita dan menyucikan mereka dari kotoran-kotoran jahiliyah. Sebab wanita jahiliah dahulu bila keluar dari rumah, mereka menampakkan sebagian dari tubuhnya. Sementara tubuh wanita adalah aurat, mulai dari rambut sampai ujung kaki. Sehingga di kala itu, banyak terjadi perbuatan mesum dan asusila, karena tergoda oleh penampilan wanita-wanita yang senang keluar rumah tanpa aturan agama.

Dengan demikian, syariat memerintahkan para wanita untuk tinggal di rumahnya bukan untuk mengekang hak-haknya, menzholiminya atau memenjaranya di dalam rumah. Tidak lain hal tersebut, kecuali demi kemaslahatan wanita dan manusia secara umum. Kini saatnya wanita tinggal di rumah melakukan aktifitasnya!!

Sesungguhnya dengan tinggalnya para wanita di rumah-rumahnya, ia dapat menangani urusan rumahnya, menunaikan hak-hak suaminya atau keluarganya, mendidik anak-anaknya dan memperbanyak melakukan kebajikan lainnya, seperti bakti kepada orang tua, membantu saudara. Di rumah ia juga bisa mengambil dan membuat pekerjaan yang menghasilkan. Kalau pun terpaksa bekerja di luar rumah, maka ia tak mencari pekerjaan yang ber-ikhtilath (bercampur baur) dengan pria serta tetap menjaga adab dan aturan syariat dalam bermuamalah, berpenampilan dan berpakaian.

[source: http://pesantren-alihsan.org/saatnya-wanita-tinggal-di-rumah.html]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulia Dengan Menjadi Muslimah Yang Taat Kepada Allah

Mulia Dengan Menjadi Muslimah Yang Taat Kepada Allah Sesungguhnya nikmat Allah kepada kaum perempuan sangatlah besar. Allah menjadikan Islam sebagai sebab kebahagian, penjagaan, keutamaan, dan kehormatan seorang wanita. Islam juga melindungi wanita dari kerusakan dan kejelekan. Semua itu bertujuan agar jiwa dan raga wanita terjaga dari hal-hal yang membinasakan dan merendahkannya. Sungguh Islam telah memuliakan wanita muslimah dengan semulia-mulianya penghormatan. Menjaga mereka dengan sebaik-baik penjagaan. Yang demikian agar wanita muslimah tetap dalam kehormatannya, terjaga dalam akhlak yang mulia, dan istiqomah dalam menjaga perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman, وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا “Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS. An-Nisa: 27).

Surat Cinta Untuk Muslimah yang Sedang Berhijrah

UNTUKMU UKHTY.  [  Surat Cinta Untuk Muslimah yang Sedang Berhijrah  ] . Ukhti, hijrah itu bukan hanya sekadar berubahnya pakaian menjadi lebar2 (syar'i), atau baju yang serba gelap. Semoga ingat, gamis itu bisa dibeli. . Ukhti, hijrah itu juga ketika kita lebih mendahulukan Allah daripada makhluk. Lebih mengutamakan shalat daripada syura' dan rapat organisasi. . Hijrah itu juga meliputi perubahan akhlak dan tutur kata yang semakin santun. Tak ada ada hujatan dan celaan lagi dari lisan dan ketikan tangan. . Ukhti, hijrah itu juga tentang perubahan menerima nasihat, kita tak lagi mengatakan orang yang menasihatimu dengan 'siapa sih lu ceramahin gue?' 'Ini bukan urusanmu!' . Sejujurnya aku kagum pada mereka yang mudah menerima nasihat. Karena aku tau mengalahkan ego keakuan itu begitu berat. . Ukhti, hijrah itu juga semakin seringnya engkau mencintai ilmu, orang yang berilmu dan majelis ilmu. Engkau merindukan mereka, meski diri belum berilmu. . Ukhti, hijrah

Seputar Tasyabbuh (Penyerupaan) Terhadap Non Muslim

Seputar Tasyabbuh (Penyerupaan) Terhadap Non Muslim Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا “Bukan termasuk golongan kami orang yang menyerupai kaum selain kami.” (HR. At-Tirmizi no. 2695) Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”. (HR. Abu Daud no. 4031 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah: 1/676) Penjelasan ringkas: Seorang muslim memiliki kepribadian sendiri yang membedakannya dan menjadikannya istimewa dari yang non muslim. Karenanya Allah Ta’ala menghendaki agar dia nampak berbeda dari selainnya dari kalangan kafir dan musyrik, demikian pula Nabi shallallahu alaihi wasallam telah memperingatkan jangan sampai seorang muslim menyerupai o