Langsung ke konten utama

Nafas, Diantara Tegukan Air Saat Minum

Nafas, Diantara Tegukan Air Saat Minum
Gue Muslimah - Nafas, Diantara Tegukan Air Saat Minum


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suri teladan terbaik bagi umat Islam. Beliau mengajarkan dan mencontohkan secara langsung adab-adab islami dalam aktifitas sehari-hari beliau.

Aktifitas rutin minum tidak terlepas dari tuntunan beliau. Di antara adab minum adalah menghabiskan minuman dalam gelas dengan beberapa kali tegukan, diselingi oleh jeda untuk bernafas di luar gelas.

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bernafas sebanyak tiga kali di luar wadah air minumnya, saat beliau minum.

Dengan sanad yang lemah, Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian minum sekali tegukan sampai air habis, seperti cara minum seekor unta. Namun minumlah dua tegukan atau tiga tegukan.”

Di antara adab lainnya adalah tidak bernafas dan tidak meniup di dalam gelas. Al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Abu Qatadah Al-Anshari bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian minum, janganlah ia bernafas dalam wadah air minumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk bernafas atau meniup dalam wadah air minum.

JEDA WAKTU BERNAFAS

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk mengambil nafas di antara tegukan air yang diminum.
Orang yang minum air secara sekaligus, tanpa jeda istirahat sejenak untuk mengambil nafas sama artinya dengan menahan nafas hingga selesai minum.

Saluran air dan makanan dengan saluran pernafasan itu saling memotong di saluran antara rongga mulut dan kerongkongan. Karena itu, makan atau minum sambil bernafas tidak bisa dilakukan secara bersamaan dalam waktu yang sama. Harus ada salah satu yang dihentikan terlebih dahulu, untuk dapat melakukan salah satu kegiatan lainnya.

Saat seseorang menahan nafas dalam waktu yang cukup lama, udara di dalam paru-paru menjadi tertahan sehingga menekan dinding-dinding ceruk atau lubang paru-paru. Akibatnya, paru-paru akan mengembang dan secara perlahan akan kehilangan kelenturannya.

Efek buruk dari minum sambil menahan nafas memang tidak akan tampak dalam waktu dekat. Akan tetapi, jika hal itu terus dilakukan dan menjadi kebiasaan, seperti minumnya seekor unta, gejala emphysema atau pembengkakan gelembung paru-paru karena adanya udara akan mulai tampak.

Dampak buruknya adalah, apabila seseorang beraktivitas berat, ia akan mudah sesak dan terengah-engah nafasnya. Selain itu, bibir dan kuku-kukunya akan membiru. Selanjutnya paru-paru akan menekan jantung sehingga menyebabkan penyakit jantung.

Kondisi ini membuat liver atau organ hati mengalami hypertrophy (pembengkakan). Akibatnya muncul gangguan edema atau pembengkakan akibat kelebihan cairan di seluruh bagian tubuh.

KEBERSIHAN DAN ETIKA KESOPANAN

An-Nawawi Asy-Syafi’i dan Ibnu Al-Arabi Al-Maliki menjelaskan bahwa larangan bernafas atau meniup dalam wadah air minum itu berkaitan erat dengan etika kesopanan dan kebersihan.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (w. 852 H) menjelaskan, bahwa larangan bernafas dalam wadah air minum adalah karena dikhawatirkan hal tersebut mengotori air minum. Bisa jadi karena orang tersebut memakan makanan yang menimbulkan bau mulut. Atau karena ia sudah lama tidak berkumur-kumur dan menggosok gigi. Atau juga karena nafasnya menyemburkan bau yang tidak sedap. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, 10/95)

Ahmad bin Umar Al-Qurthubi (w. 656 H) menjelaskan bahwa larangan meniup pada minuman adalah, karena dikhawatirkan ada ludah, air liur, atau bau mulut tidak sedap yang masuk ke dalam wadah air tersebut. Hal itu akan membuat orang lain merasa jijik dan tidak nyaman. Apalagi ada kemungkinan masuknya bibit penyakit ke dalam wadah air minum tersebut. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, 10/96)

ZAT ARANG DALAM HEMBUSAN NAFAS

Para ilmuwan muslim mencoba untuk menjelaskan hikmah dari larangan-larangan di atas dari aspek ilmu medis.

Berdasar ilmu pengetahuan diketahui bahwa aktivitas bernafas terdiri dari dua hal, yaitu menghirup dan menghembuskan. Menghirup adalah memasukkan udara bersih yang penuh dengan oksigen (O2) ke dalam paru-paru, untuk digunanakan sebagai energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Adapun menghembuskan adalah mengeluarkan udara kotor dari paru-paru yang berupa karbon dioksida (H2O) Para ilmuwan menjelaskan jika air dalam gelas (H2O) bertemu dengan udara hembusan nafas yang berupa karbon dioksia (CO2), maka akan menghasilkan asam karbonat (H2CO3). Asam karbonat atau asam arang sama dengan cuka dan menyebabkan minuman itu berubah menjadi Acidic.

Jadi jika bernafas dalam gelas, maka dia ikut menghirup zat asam arangnya sendiri. Hal itu jelas tidak baik bagi kesehatan paruparu dan organ tubuh secara umum. Wallahu a’lam. []
Hikmah

Referensi: An-Nawawi, Riyadhus Shalihin. Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari Yusuf Al-Hajj Ahmad, Mausu’atu Al-I’jaz Al-Ilmi fil Qur’an was Sunnah Al-Muthahharah.

http://www.hujjah.net/2016/12/19/nafas-diantara-tegukan-air-saat-minum/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear;calon imamku

Gue Muslimah - Dear;calon imamku Apakabar iman mu hari ini ? Sudahkah harimu di a wali dengan rasa syukur Karna dapat kembali melihat fana nya hidup ini ? Sudah kah air wudhu mu menyegarkan kembali ingatanmu atas amalan yang saat ini tengah kau genggam ? Wahai calon suami ku. ... Tahukah engkau betapa Allah sangat menyayangi ku dengan dasyat nya ? Disini aku di tempa untuk mnjdi lebih dewasa, agar aku lebih bisa menyikapi sebuah kehidupan Dan sikap keluh kesah, Dan putus Asa menyergapi, Namun kini kurasa kan diri ini lebih baik. Kadang ku bertanya2 Knp Allah sellu menguji ku tepat di hati ku, Bagian terapuh Dalam diriku, Namun aku tahu jawaba nnya,Allah tahu dmna tempat yang paling tepat agar aku senantiasa kembali mengingat kembali mencintainya, Ujian demi ujian insyaa Allah membuat ku mnjadi lebih kuat n tangguh, sehingga saat kelak kita bertemu, Kau bangga telah memilih aku di hati mu menemani hari mu. .. Calon imamku. .. Aku yakin Allah menyayangi mu spe

Mulia Dengan Menjadi Muslimah Yang Taat Kepada Allah

Mulia Dengan Menjadi Muslimah Yang Taat Kepada Allah Sesungguhnya nikmat Allah kepada kaum perempuan sangatlah besar. Allah menjadikan Islam sebagai sebab kebahagian, penjagaan, keutamaan, dan kehormatan seorang wanita. Islam juga melindungi wanita dari kerusakan dan kejelekan. Semua itu bertujuan agar jiwa dan raga wanita terjaga dari hal-hal yang membinasakan dan merendahkannya. Sungguh Islam telah memuliakan wanita muslimah dengan semulia-mulianya penghormatan. Menjaga mereka dengan sebaik-baik penjagaan. Yang demikian agar wanita muslimah tetap dalam kehormatannya, terjaga dalam akhlak yang mulia, dan istiqomah dalam menjaga perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman, وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا “Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS. An-Nisa: 27).

Seputar Tasyabbuh (Penyerupaan) Terhadap Non Muslim

Seputar Tasyabbuh (Penyerupaan) Terhadap Non Muslim Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا “Bukan termasuk golongan kami orang yang menyerupai kaum selain kami.” (HR. At-Tirmizi no. 2695) Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”. (HR. Abu Daud no. 4031 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah: 1/676) Penjelasan ringkas: Seorang muslim memiliki kepribadian sendiri yang membedakannya dan menjadikannya istimewa dari yang non muslim. Karenanya Allah Ta’ala menghendaki agar dia nampak berbeda dari selainnya dari kalangan kafir dan musyrik, demikian pula Nabi shallallahu alaihi wasallam telah memperingatkan jangan sampai seorang muslim menyerupai o