Langsung ke konten utama

Anda Bukan Ummu Sulaim Pemilik Mahar Mulia yang Dijamin Masuk Syurga


Sebagian kita pasti sudah mengenal ummu sulaim sang pemilik mahar termulia. Dia adalah adalah Rumaisha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Anshariyah Al-Khazrajiyah. Beliau dikenal dengan nama Ummu Sulaim. Ummu Sulaim adalah ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkenal keilmuannya dalam masalah agama. Selain itu, Ummu Sulaim adalah salah seorang wanita muslimah yang dikabarkan masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar yang telah teruji keimanannya dan konsistensinya di dalam Islam.

Kesabaran dan ketabahan Ummu Sulaim telah menyemikan perasaan cinta di hati Abu Thalhah yang saat itu masih kafir. Abu Thalhah memberanikan diri untuk melamar beliau dengan tawaran mahar yang tinggi. Namun, Ummu Sulaim menyatakan ketidaktertarikannya terhadap gemerlapnya pesona dunia yang ditawarkan kehadapannya. Di dalam sebuah riwayat yang sanadnya shahih dan memiliki banyak jalan, terdapat pernyataan beliau bahwa ketika itu beliau berkata, “Demi Allah, orang seperti anda tidak layak untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu.” (HR. An-Nasa’i VI/114, Al Ishabah VIII/243 dan Al-Hilyah II/59 dan 60). Akhirnya menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah dengan mahar yang teramat mulia, yaitu Islam.

Tapi ada yang harus kita ingat, anda bukan Ummu Sulaim Dan dia bukan Abu Thalhah

Sering kita dengar kabar seorang artis yang murtad karena mengikuti agama suaminya. Pada awalnya, pernikahan dilakukan dengan cara Islam, di mana mempelai laki-laki menyatakan masuk Islam dan bersedia mengucapkan syahadatain.

Modus Pemurtadan

Hal ini menyadarkan kita betapa hari ini harga akidah begitu murah. Seseorang dengan mudah melepas keislamannya karena sesuatu yang dianggapnya lebih penting. Dan adakah yang lebih penting dari Islam yang mampu menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat?

Telah tiba zaman yang telah dikabarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam,

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” (HR. Muslim).

Pada sisi yang lain, fenomena di atas dinilai oleh banyak tokoh muslim sebagai modus pemurtadan dengan kedok pernikahan. Ketua Tim Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA), Abu Deedat, menyatakan bahwa kasus ini adalah salah satu bentuk Kristenisasi.

“Ini adalah strategi nyata dari Kristenisasi lewat perkawinan. Modusnya sang lelaki pura-pura masuk Islam agar bisa menikahi muslimah.”

Menurutnya, wanita rentan menjadi korban, karena resiko mempertahankan keimanan dalam pernikahan beda agama bagi seorang muslimah adalah diceraikan.
“Ketika sudah menikah, pria Kristen yang pura-pura masuk Islam akan kembali ke ajaran Kristennya, sang muslimah akan dihadapkan pada dua pilihan berat, ikut pindah agama bersama suaminya atau diceraikan. Berat bagi muslimah yang lemah imannya jika harus menyandang status janda, apalagi kalau sudah mengandung,” jelasnya.

Islam Sebagai Mahar

Di antara faktor yang menyebabkan muslimah mau dinikahi orang kafir adalah karena ada pengharapan calon suami masuk Islam. Sehingga tatkala ada kesediaan calon suami untuk masuk Islam, muslimah itu mengiyakan. Barangkali mereka ingin mengikuti jejak Ummu Sulaim yang mau dinikahi oleh Abu Thalhah dengan mahar keislamannya.

Mereka lupa bahwa dirinya tidak sekokoh Ummu Sulaim, para lelaki itu juga tidak setegas Abu Thalhah yang memang tidak ada indikasi mencla-mencle. Saksi keislaman Abu Thalhah pun langsung Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Sebagai gambaran, ketika Ummu Sulaim mengetahui terbunuhnya suaminya, Abu Thalhah yang saat itu masih musyrik mendengar tentang kabar tersebut sehingga menjadikan hatinya cenderung cinta dan takjub. Kemudian dia beranikan diri untuk melamar Ummu Sulaim serta menyediakan baginya mahar yang tinggi. Akan tetapi tiba-tiba saja pikirannya menjadi kacau dan lisannya menjadi kelu tatkala Ummu Sulaim menolak dengan wibawa dan penuh percaya diri dengan berkata, ”Sungguh tidak pantas bagiku menikah dengan orang musyrik. Ketahuilah wahai Abu Thalhah bahwa tuhan-tuhan kalian adalah hasil pahatan orang dari keluarga fulan, dan sesungguhnya seandainya kalian mau membakarnya maka akan terbakarlah tuhan kalian.”

Bandingkanlah dengan muslimah yang hendak dilamar oleh calon muslim, adakah ia memiliki ketegasan serupa dengan Ummu Sulaim?

Ummu Sulaim adalah seorang da’iyah yang cerdik yang tatkala melihat dunia menari-nari di hadapannya berupa harta, kedudukan dan laki-laki yang masih muda dia merasakan bahwa keterikatan hatinya dengan islam lebih kuat daripada seluruh kenikmatan dunia. Beliau berkata dengan sopan, ”Orang seperti Anda memang tidak pantas ditolak wahai Abu Thalhah, hanya saja engkau adalah orang kafir sedangkan saya seorang muslimah sehingga tidak boleh bagiku menerima lamaranmu.”

Dalam riwayat an-Nasa’i dikatakan bahwa Ummu Sulaim berkata,”Demi Allah orang seperti anda tidak pantas untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta yang selain dari itu.” (Riwayat an-Nasa’i)

Abu Thalhah bertanya, “Kepada siapa saya harus datang untuk masuk islam?” tanya Abu Thalhah. Beliau berkata,”Datanglah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk itu!” Maka pergilah Abu Thalhah untuk menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang tatkala itu beliau sedang duduk-duduk bersama para sahabat. Demi melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

جَاءَكُمْ أَبُو طَلْحَةَ، غُرَّةُ الْإِسْلَامِ بَيْنَ عَيْنَيْهِ
“Telah datang kepada kalian Abu Thalhah sedangkan sudah tampak cahaya islam di kedua matanya.” (HR Abu Dawud)

Dari sini kita tahu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mengetahui ketulusan niat Abu Thalhah sebelum ia mengikrarkan keislamannya. Adapun sekarang, siapa yang memberi jaminan bahwa orang yang hendak melamar muslimah itu betul-betul ingin menjadi muslim yang baik? Memang kita hanya boleh menghukumi orang secara zhahir, jika ia mengucapkan syahadatain dan menyatakan keislamannya maka kita menghukuminya sebagai seorang muslim. Hanya saja, ini ada sesuatu yang dipertaruhkan, sehingga kita butuh jaminan lebih. Apalagi setelah kita tahu bahwa memang cara itu dijadikan sebagai modus pemurtadan, hal yang kita tidak bisa berspekulasi. Karena posisi seorang wanita itu lemah ketika berhadapan dengan suaminya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seputar Tasyabbuh (Penyerupaan) Terhadap Non Muslim

Seputar Tasyabbuh (Penyerupaan) Terhadap Non Muslim Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا “Bukan termasuk golongan kami orang yang menyerupai kaum selain kami.” (HR. At-Tirmizi no. 2695) Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”. (HR. Abu Daud no. 4031 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah: 1/676) Penjelasan ringkas: Seorang muslim memiliki kepribadian sendiri yang membedakannya dan menjadikannya istimewa dari yang non muslim. Karenanya Allah Ta’ala menghendaki agar dia nampak berbeda dari selainnya dari kalangan kafir dan musyrik, demikian pula Nabi shallallahu alaihi wasallam telah memperingatkan jangan sampai seorang muslim menyerupai o...

ISTIKHORO CINTA

ISTIKHORO CINTA Mengenalmu adalah sebuah anugerah yang teridah. Perkenalan yang sangat indah karena jalan Allah. Dan ketika Allah mengenalkan kita lewat jalan tak terduga.Disinilah aku mengenal akan sosokmu yang indah dihatiku. Disetiap doa dan sujudku, cerminan sifatmu yang bijaksana dan damaikan hati ku Dibalik kerasmu ada sisi kelembutan yang begitu manis, manjamu itu sangatlah aku sukai krna suatu saat kamu akan jauh lebh ku manjakan dan kumuliakan Aku kagum dengan kesederhanaanmu dan kebaikanmu yang tulus juga penyayang bagi ku dan kedua orangtua ku Dirimulah sosok pria idaman penyejuk qalbu ku Darimu ku temukan hidupku. Bagiku kau lah cinta sejati yang hadir karena ridho Illahi. Cinta ini ada karena engkau yaa Allah. Sayang ini ada karena mu yaa Rabb. Ku mohon jaga cinta ku sampai kelak engkau halalkan dia untukku Istikhoro cinta mu Nama yang masih di rahasiakn 

Hadiah Syuga untuk Ayah Bunda

Sebagai seorang anak wajib bagi kita untuk berbuat baik dan berbakti kepada ibu/ bapak kita (orang Tua). Sebagai seorang muslimah banyak pintu surga yang bisa kita utarakan kepada mereka. Tidak perlu menunggu kaya dulu untuk menghajikan mereka, tidak perlu menunggu berada dulu untuk berkorban untuk mereka, namun cukup dengan menjadi wanita shalehah. Banyak keutamaan dari mengurus anak perempuan, dan salah satunya akan menjadi jalan menuju surga bagi orang tuanya. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ أَوْ ثَلَاثُ أَخَوَاتٍ اتَّقَى اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَأَقَامَ عَلَيْهِنَّ كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ الْأَرْبَعِ “Barang siapa memiliki tiga anak perempuan  (atau tiga saudara perempuan) dan dia bertakwa kepada Allah ‘azza wajalla, dan ia memberi nafkah dan mendidik mereka, maka dia berada bersamaku di surga seperti ini dan beliau mengisyaratkan dengan...